"Klub Belajar Credo (KBC) dimulai dari tahun 2011 sebagai kelas percontohan dengan tujuan penelitian untuk mendukung pelatihan dan pengembangan dan implementasi program (Program Kekreatifan Pribadi, Ruang Kelas yang Kreatif, Literasi, Matematika, dan Asesmen and Evaluasi.) "
Kemampuan untuk mengelola dan menggunakan informasi yang relevan menentukan kualitas kekreatifan seseorang. Meningkatnya pengetahuan sejalan dengan peningkatan kreativitas orang tersebut. Literasi adalah kemampuan dasar yang menentukan seseorang bisa terpapar dengan berbagai informasi yang akan menentukan peningkatan pengetahuan orang tersebut, demikian juga dengan kreativitasnya.
Program Membaca
Instruksi literasi yang bertujuan melatih kemampuan berkomunikasi secara efektif yang melibatkan kemampuan mendengar dan mengucap bunyi-bunyi bahasa lisan, juga membaca dan menulis bunyu-bunyi bahasa yang tersimbolkan dalam bentuk tulisan.
Pembaca Berkembang | : | Intruksi literasi untuk anak yang baru belajar membaca dengan meliibatkan 6 komponen literasi (Kesadaran Cetak, Fonologi, Kosakata, Pemahaman, Pengetahuan Alfabet, dan Fonik) yang diajarkan secara bertahap, terstruktur, dan menyenangkan. |
Pembaca Pemula | : | Intruksi literasi untuk anak yang baru mulai bisa membaca dengan sedikit kelancaran dan memiliki paparan terhadap beberapa jenis ragam bacaan. Pengajaran strategi secara eksplisit, dengan fokus pada ciri-ciri masing-masing ragam bacaan, merupakan ciri utama instruksi pengajaran ini. |
Pembaca Lancar | : | Instruksi literasi untuk anak yang sudah lancar dalam membaca dan memiliki strategi-strategi untuk memahami bacaan. Tujuan program ini untuk membekali pembaca dengan struktur bacaan sebagai strategi memahami bacaan dan alur organisasi ide dalam menulis. Di tahap ini, paparan terhadap ragam jenis bacaan sudah banyak, baik bacaan fiksi dan non fiksi. Bacaan yang disajikan bukan hanya dari buku, tetapi juga bentuk-bentuk tulisan lain dalam kehidupan sehari-hari. |
Matematika
"Hasil INAP 2016 untuk numerasi lebih parah dari hasil literasi. Rerata nasional untuk siswa dengan kemampuan “kurang” bahkan mencapai 77%, siswa dengan kemampuan “cukup” sekitar 20,6%, dan siswa dengan kemampuan “baik” hanya 2,4%. Hasil ini mengkonfirmasi asesmen internasional yang diikuti Indonesia seperti PISA dan TIMSS.
Riset yang dilakukan oleh Smeru Research Institute pada program RISE menunjukkan bahwa kemampuan numerasi dasar ini tidak lebih baik di usia selanjutnya. Dalam salah satu artikel yang ditulis Land Pritchet untuk riset RISE, dikatakan bahwa dengan kemajuan yang dicapai Indonesia saat ini, butuh waktu sekitar 1000 tahun untuk bisa menguasai kemampuan abad 21. Sesuatu yang sangat menyakitkan dan harus segera ditindak lanjuti.
Berdasarkan berbagai hasil studi terkait kemampuan matematika nasional, Credo mengembangkan program matematika untuk anak usia dini (TK-SD kelas 3) untuk melengkapi pengajaran matematika yang ada saat ini."
Permainan | : | Salah satu pendekatan yang digunakan Credo dalam program matematikanya adalah Concrete-Pictorial-Abstract (CPA) atau konkrit-gambar-abstrak. Pengajaran Matematika pada tahap konkrit dan gambar dilakukan melalui berbagai permainan untuk membuat anak memahami konsep dasar matematika, bahwa matematika tidak hanya berupa deretan simbol menyeramkan seperti rumus. Anak yang mengerti matematika akan menyukai matematika. |
Perangkat Belajar | : | "Ada dua jenis perangkat belajar yang telah dikembangkan Credo. Perangkat tersebut dikembangkan bersamaan dengan permainan matematika: 1. Perangkat khusus untuk mendukung belajar melalui permainan. 2. Perangkat umum yang digunakan sebagai alat bantu belajar. Perangkat belajar yang dibuat bertujuan untuk merepresentasikan konsep yang abstrak. Material yang dipakai diambil dari barang-barang yang ada di sekitar anak untuk memastikan kemudahan replikasi dan sustainability. " |
Ungkapan Ide & Ekspresi
Sarana untuk seseorang mengungkapkan apa yang baru saja dipelajari tidak harus selalu berbentuk verbal atau tulisan. Melalui pengajaran mengenai ungkapan ide dan ekspresi, murid dibimbing untuk menggunakan kreativitas dalam menerjemahkan pemahamannya terhadap satu konsep belajar, sehingga bentuk ide dan ekspresi tiap murid akan berbeda, tergantung sudut pandang yang diambil dalam melihat satu topik/permasalahan.